Dalam tren pembangunan berkelanjutan yang bertujuan menjaga iklim dan lingkungan tetap bersih dan terpelihara untuk jangka panjang, memiliki rumah ramah lingkungan menjadi pilihan yang cocok.
Berikut sejumlah ciri atau karakter hunian yang termasuk kategori ramah lingkungan sebagaimana disebutkan dalam laman resmi dari salah satu e-commerce property di Indonesia:
1. Desain rumah mengikuti lingkungan sekitarnya
Banyak orang mengira jika desain rumah minimalis atau modern kontemporer adalah representasi dari rumah ramah lingkungan, padahal hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Banyak sekali rumah berdesain minimalis dibangun dengan kaca besar, yang ditempatkan di berbagai sudut rumah.
Desain itu tak cocok dengan iklim Indonesia yang panas serta berpotensi menimbulkan efek rumah kaca.
Kalau ingin memiliki rumah ramah lingkungan, sebaiknya pilih desain hunian dengan bukaan yang lebar. Konsep ini lebih cocok dengan iklim negara kita, serta membuat sirkulasi udara lebih sehat.
2. Dibangun dengan material ramah lingkungan
Tak ada ‘rumah hijau’ (eco-house) yang dibangun dengan material yang dapat menghasilkan limbah. Oleh sebab itu, ciri-ciri ini sangat penting diperhatikan sebelum membeli atau membangun hunian ramah lingkungan.
Beberapa material ramah lingkungan yang biasa digunakan adalah batu bata sebagai pengganti tembok semen, bambu, dan kayu sebagai alternatif struktur bangunan rumah.
3. Memiliki pengelolaan sampah dan drainase yang baik
Dewasa ini banyak pengembang perumahan yang mengklaim produk mereka ramah lingkungan. Untuk membuktikan kebenarannya, coba perhatikan sistem pengelolaan sampah dan drainasenya.
Jika perumahan itu memiliki sistem pengolahan sampah yang baik, misalnya tersedia tempat penguraian sampah organik dan non-organik, klaim itu benar.
Begitu pula dengan drainase, kita harus perhatikan alur pembuangan air di perumahan itu. Jika limbah rumah tangga tersalur langsung ke sungai, perumahan itu tak termasuk eco-environment.
4. Banyak memanfaatkan energi alternatif
Salah satu perbedaan rumah ramah lingkungan dari hunian biasa yang terutama adalah pemanfaatan sumber energinya.
Eco-house biasanya memanfaatkan energi alternatif sebagai pendukung hunian. Beberapa sumber energi alternatif yang umum ditemukan di rumah tersebut adalah panel surya. Selain lebih ramah lingkungan, panel surya terbukti dapat menghemat konsumsi listrik.
5. Memiliki ruang terbuka hijau
Ruang terbuka hijau bisa dibangun mengikuti besar lahan yang tersedia, jadi tak mesti luas. Tak masalah kalah hanya berupa taman kecil di pekarangan. Kuncinya, tumbuhi area itu dengan berbagai tanaman hijau yang dapat meningkatkan kualitas udara. Buatlah juga beberapa lubang biopori agar resapan air lebih baik.
Selain ruang hijau di depan atau belakang hunian, terdapat juga kawasan terbuka hijau yang berada di lingkungan sekitar rumah. Biasanya, perumahan-perumahan besar memiliki ruang terbuka hijau yang cukup luas. Bahkan, ada yang mencapai 40% dari total luas hunian.
6. Konsep eco-living tecermin dalam kehidupan sehari-hari
Ide hunian hijau tidak cuma terlihat dari desain rumah, melainkan juga gaya hidup pemiliknya. Biasanya, konsep eco-living tecermin dari aktivitas sehari-hari pemilik rumah. Misalnya, lebih senang menggunakan moda transportasi publik daripada kendaraan pribadi untuk mengurangi emisi gas dari kendaraan bermotor.
Faktor lokasi agaknya tidak terlalu vital. sebab di mana pun lokasi rumah, tidak akan berpengaruh jika mental kita belum siap untuk menjalankan konsep ramah lingkungan. Itulah sebabnya sebelum memiliki rumah ramah lingkungan, sebaiknya bulatkan dulu niat dan tekad.
Jadi sudah pada tau kan keberuntungannya seberapa besar di bisnis properti saat Tahun Baru Imlek 2023, apakah Anda mulai tertarik untuk memiliki hunian atau berbisinis di bidang properti? Untuk memiliki rumah yang nyaman dengan lokasi di selatan Jakarta dengan nuansa resort living, bisa mampir ke marketing gallery Adhi City Sentul atau berkunjung ke website kami Adhi City Sentul untuk melihat unit di cluster kami, Elartizen!